Saat puasa, tubuh cenderung mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Salah satu dampak dehidrasi adalah timbulnya bau mulut.
Untuk mencegah masalah mulut dan gigi, dokter gigi kosmetik Max Riewer dari Dubai Sky Clinic menyarankan untuk rajin menyikat gigi, menggunakan benang, serta berkumur setidaknya dua kali sehari. Dan pada bulan Ramadan, Dr Riewer menyarankan untuk menyikat gigi setelah sahur.
Saat puasa, tubuh cenderung mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Salah satu dampak dehidrasi adalah timbulnya bau mulut.
Untuk mencegah masalah mulut dan gigi, dokter gigi kosmetik Max Riewer dari Dubai Sky Clinic menyarankan untuk rajin menyikat gigi, menggunakan benang, serta berkumur setidaknya dua kali sehari. Dan pada bulan Ramadan, Dr Riewer menyarankan untuk menyikat gigi setelah sahur
Tips Hindari Bau Mulut
Menyoal masalah bau mulut, berikut tips yang dibagikan oleh Dr Riewer:
1. Gunakan pembersih lidah untuk membersihkan lapisan putih pada lidah. Lapisan tersebut seringkali menjadi penyebab bau mulut. Anda bisa mendapatkan alat pembersih lidah di apotek.
2. Segera menyikat gigi bila menu sahur Anda terdiri dari ikan atau susu. Keduanya mengandung protein tertentu yang bisa menyebabkan bau mulut ketika dikunyah.
3. Bila ada gigi yang retak, berkumurlah dengan antiseptik sebelum tidur. Ini akan membersihkan gigi dan menghindarkan Anda dari bau mulut.
4. Hindari makanan yang lengket seperti cokelat, keju, serta beberapa jenis sereal. Makanan tersebut bisa menempel di antara gigi. Bila tak dibersihkan dengan baik akan menyebabkan bau mulut.
Berkeringat bisa memengaruhi kesehatan vagina. Beruntung alat kelamin wanita ini punya kemampuan membersihkan diri sendiri.
Meski begitu tetap saja ada sejumlah hal yang harus dihindari jika ingin vagina tetap higienis. Terutama bagi para wanita yang senang berolahraga.
Konsultan Ginekolog Canesten, Anne Henderson, berbagi tips menjaga kebersihan Miss V saat berolahraga seperti dikutip Cosmopolitan pada Kamis, 23 Mei 2019.
1. Jangan menggunakan perlengkapan olahraga lebih dari sekali
Sebagian besar orang langsung memasukkan pakaian olahraga ke tempat cucian setelah berolahraga. Namun, jika senang mengenakan legging, Henderson tak menyarankan Anda mengenakannya lebih dari sekali dalam keadaan belum dicuci.
Dia merekomendasikan agar wanita selalu mencuci pakaian olahraganya setelah setiap kali digunakan.
"Antara serat sintetis yang digunakan (lycra dan elastane) dan lingkungan yang penuh keringat, membuat pakaian ini berpotensi menjadi tempat berkembang biak yang subur bagi bakteri dan ragi untuk vagina," katanya.
2. Jangan Bersepeda Statis Jika Rentan Masalah Vagina
"Berolahraga sangat bagus untuk seluruh tubuh, termasuk kesehatan vagina. Jika seorang wanita menderita masalah vulvaginal seperti thrush berulang atau sistitis, saya akan merekomendasikan meminimalkan latihan yang dilakukan pada sepeda tetap," kata Henderson.
Menurutnya, ada bukti bahwa tekanan kuat pada area vulva jika melakukan latihan ini. Sehingga bisa menyebabkan peradangan dan iritasi lokal dan juga retrograde (ke atas) penyebaran bakteri dari perineum melalui uretra ke kandung kemih, yang berpotensi peningkatan risiko sistitis.
Hal ini semakin diperburuk oleh risiko dehidrasi, yang dapat terjadi selama latihan intens.
"Untuk wanita yang mengalami masalah khusus ini, saya akan merekomendasikan alternatif latiham kardiovaskular intens, misalnya, menggunakan treadmill atau cross-trainer," Henderson menjelaskan.
3. Jangan latihan berlebihan
"Wanita yang berlatih sangat keras bisa rentan terhadap masalah vagina seperti sariawan," kata Henderson.
Kondisi tersebut katanya bisa menghasilkan lingkungan yang berkeringat di area selangkangan yang ideal untuk berkembang biak.
4. Jangan Mandi Berlebihan
Vagina bisa membersihkan dirinya. Ketika mandi, bersihkan vagina tidak berlebihan. Atau dalam beberapa kasus tidak melakukan apa-apa.
"Mencuci berlebihan dan menggunakan produk pembersih yang keras dapat berdampak pada kesehatan vagina," katanya.
Henderson menyarankan mencucinya dengan air, dan memastikan mengeringkan diri dengan benar setelah berolahraga.
5. Jangan mengenakan legging yang terlalu ketat
"Tidak jarang pakaian ketat memperburuk atau bahkan onset sistitis," kata Henderson
Dia mengatakan bahwa pakaian olahraga yang ketat dapat menciptakan panas, gesekan, dan iritasi yang membentuk lingkungan yang sempurna untuk bakteri pindah.
"Jika Anda secara teratur pergi ke gym, pertimbangkan sesekali menukar legging lurex ketat Anda untuk celana gym katun yang ringan," ujarnya
Jus tomat bisa menjadi salah satu minuman yang cocok bagi penderita asam lambung (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) selama puasa Ramadan. Anda bisa meminumnya saat berbuka puasa, sahur maupun makan malam.
Menurut Ahli gizi sekaligus Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association, Rita Ramayulis, tomat termasuk salah jenis sayur yang dianjurkan untuk penderita GERD. Buah jeruk pun sebagai salah satu buah yang juga dianjurkan untuk penderita GERD.
"
Cara pengolahan dengan dibuat jus tomat (dengan cara diblender) membuat teksturnya semakin lembut dan mudah dicerna," ujar Rita dalam keterangan yang diterima Jumat (24/5/2019).
Rita memberikan tips membuat jus tomat dan cara penyajiannya yang tepat.
Bahan:
4 buah tomat, dikukus terlebih dahulu hingga kulitnya terkelupas (Anda bisa menggunakan Food Steamer Philips) dengan waktu kira-kira 35 menit. Tunggu sampai tanda selesai berbunyi).
8 buah jeruk manis, diambil airnya.
100 cc air matang.
1-2 sdm gula (disesuaikan selera, tapi tidak dianjurkan melebihi 2 sdm).
Pembuatan dan penyajian
Cara membuat:
1. Masukkan semua bahan ke dalam blender (Anda bisa menggunakan Blender Philips).
2. Blender hingga halus dan jus tomat siap disajikan.
Keterangan:
Tidak disarankan diminum dalam suhu es, tapi bisa dikonsumsi pada suhu ruangan.
Dapat memenuhi kebutuhan asupan layaknya satu sayur dan dua buah.
Polusi udara bisa merusak organ dalam tubuh manusia. Penelitian sudah menuliskan soal ancaman penyakit karena polusi udara bagi paru dan saluran pernapasan. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan, polusi udara merusak seluruh tubuh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap, sembilan dari 10 orang di dunia menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi. Polutan tinggi berpengaruh pada setiap organ dalam tubuh, menurut para peneliti dari Forum of International Respiratory Societies.
Peneliti Dean E Schraufnagel dan John R Balmes serta rekan-rekannya memaparkan, penyakit-penyakit yang dipengaruhi polusi udara yang dapat memperburuk dan merusak organ tubuh. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Chest pada Februari 2019.
1. Sensitivitas terhadap alergi
Polusi udara dapat memperburuk respons alergi pada orang yang peka. Studi klinis biologis menunjukkan polusi udara meningkatkan sensitivitas alergi pada anak-anak.
Studi tentang anak-anak usia prasekolah menemukan, paparan polusi udara terkait lalu lintas sebelum dan di awal kehidupan dikaitkan dengan peningkatan risiko alergi rhinitis--peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi, sebagaimana dikutip dari jurnal Chest, Rabu (22/5/2019).
Penyakit Autoimun
2. Penyakit Autoimun
Paparan lingkungan dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun. Paru-paru memiliki area permukaan yang mampu bersentuhan dengan segudang antigen. Ini memiliki kepekaan dan sistem antigen yang dapat membuat individu rentan terhadap gangguan autoimun.
Polusi udara merupakan faktor potensial yang memicu penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis (radang sendi) dan systemic lupus erythematosus (lupus). Penelitian di Kanada menemukan, peningkatan peluang penyakit rematik dengan peningkatan paparan polusi udara PM2.5.
Polutan udara juga dapat memicu atau memperburuk artritis idiopatik (penyakit reumatik) pada remaja.
3. Penyakit Tulang
Faktor lingkungan berperan dalam kepadatan tulang dan mineralisasi. Patah tulang terkait osteoporosis lebih umum di daerah konsentrasi polusi udara PM2.5 yang lebih tinggi. Efeknya lebih besar bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Paparan polusi udara jangka panjangdikaitkan dengan mengurangi kepadatan mineral tulang dan patah tulang pada pria lanjut usia.
Kanker
4. Kanker
Polusi udara telah diklasifikasikan sebagai karsinogenik bagi manusia oleh International Agency for Research on Cancer berdasarkan bukti dari studi epidemiologi. Berbagai penelitian menunjukkan, hubungan antara paparan PM2.5 dan risiko kanker paru.
Asap knalpot mesin diesel telah diidentifikasi WHO sebagai karsinogen berdasarkan bukti adanya hubungan dengan kanker paru. Paparan diesel knalpot atau polusi lalu lintas juga memicu terjadinya tumor paru jinak dan ganas.
Paparan polusi udara rupanya ikut terlibat dalam kematian kanker kandung kemih. Studi di Spanyol melaporkan, hubungan antara emisi hidrokarbon aromatik polycyclic dan diesel exhaust serta kanker kandung kemih pada penduduk secara jangka panjang di daerah yang tercemar industri.
Serupa di Spanyol, studi di Taiwan menunjukkan, peningkatan risiko kematian akibat kanker kandung kemih.
5. Penyakit Kardiovaskular
Polusi udara terkait dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, infark miokard, stroke, dan gagal jantung kongestif. Diperkirakan 19 persen dari kematian karena kardiovaskular, 23 perseni kematian akibat penyakit jantung, dan 21 persen kematian karena stroke.
Studi menemukan hubungan polusi udara dengan peningkatan mortalitas infark miokard, stroke, gagal jantung, dan hipertensi. Peningkatan dalam kadar karboksihemoglobin (dalam kisaran 3 persen-6 persen) dapat terjadi ketika individu terpapar polusi dan memicu aritmia yang disertai penyakit jantung koroner.
Penyakit Neurologis
6. Penyakit Neurologis
Polusi udara punya efek merusak fungsi kognitif dan peningkatan risiko demensia dan stroke pada orang dewasa yang lebih tua. Bertempat tinggal di dekat jalan raya dapat mudah terpapar polusi udara.
Polusi udara dapat merusak otak yang sedang berkembang. Kerusakan ini dapat merusak fungsi kognitif di seluruh rentang kehidupan. Penelitian menemukan, paparan anak usia dini untuk PM2.5 terkait dengan keterlambatan perkembangan psikologis dan kecerdasan anak yang lebih rendah.
Studi di Mexico City menemukan, anak-anak yang tinggal di daerah yang lebih berpolusi punya kognitif yang lebih buruk.
7. Diabetes, Obesitas, dan Penyakit Endokrin
Beberapa penelitian mengaitkan polusi udara dan diabetes mellitus tipe 2. Ada juga risiko sindrom metabolik pada orang yang terpapar polusi PM10.
Beberapa perubahan metabolisme memengaruhi penumpukan lemak terjadi karena paparan polusi udara. Anak-anak juga mudah mengalami resistensi insulin--kondisi ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik karena terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin.
Tradisi mudik lebaran yang berlangsung setiap tahun di Indonesia menyisakan satu masalah besar bagi rumah tangga yang sehari-harinya dibantu oleh asisten rumah tangga (ART). Kepergian ART ke kampung halaman tentu membuat beberapa pekerjaan mau tak mau harus ditangani sendiri. Apalagi mereka yang memiliki anak-anak yang masih kecil. Beban kerja dan stresnya bisa makin meningkat.
Berikut empat tips jitu mengurus rumah ketika "si mbak ART" cuti kerja untuk mudik lebaran:
Ketika ART tidak ada, bukan berarti pekerjaan rumah terbengkalai dan hanya para Bunda yang kepusingan. Ini saatnya untuk menguji kekompakan dan kepedulian bersama anggota keluarga. Catat rincian tugas utama yang perlu diprioritaskan, kemudian bagilah dengan pasangan dan anggota keluarga lainnya. Hindari bersikap bawel dan memerintah, bicarakan dengan baik-baik karena urusan pekerjaan rumah tangga mungkin tidak biasa bagi mereka.
Masak makanan praktis
Ketika ada ART, Anda mungkin tidak terlalu pusing untuk menyiapkan makanan dan mencuci piring. Kini dengan ART yang lagi cuti, urusan makanan dan cucian piring harus di atur dengan baik. Kalau terlalu report untuk memasak dan bersih-berih dapur, Anda bisa siasati dengan membeli makanan praktis. Tapi, penting sekali Anda untuk menyetok beras, kentang, telor, sosis, dan mie untuk memasak cepat.
Tidak menunda merapikan barang
Salah satu kebiasaan yang membuat pekerjaan rumah itu melelahkan adalah menunda-menunda untuk merapikan barang. Sekali ditunda, maka semakin banyak juga barang yang perlu dirapikan. Akhirnya, menumpuk dan malah mengotori wilayah lain yang sebenarnya bersih.
Cucian kotor, serahkan pada ahlinya
Tugas rumah tangga yang paling berat adalah mencuci. Pekerjaan ini memakan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau pakaian-pakaian kotor dari semua anggota keluarga di kumpulkan, sudah pasti banyak. Dan tidak mungkin juga mencuci setiap hari, kumpulan cucian 2-3 hari saja sudah menumpuk apalagi kalau sampai seminggu atau 2 minggu ART libur. Jasa Laundry? Para pegawainya juga kan cuti liburan, jadi tidak bisa begitu diharapkan. Kalaupun ada, biasanya durasi penyelesaian lebih lama dan bisa meningkat harganya.
Irit penggunaan baju bisa jadi solusi, tapi sepertinya akan sulit apalagi kalau anak-anak sudah banyak aktifitas dan harus gonta-ganti baju. Solusi yang paling tepat urusan cucian kotor adalah mencuci sendiri dengan mesin cuci Primadona Samba dari Polytron.
Bagi penggemar kopi, rasa-rasanya sehari saja tidak meneguk minuman ini ada yang kurang. Lalu, bagaimana saat bulan puasa?
Menurut dokter Dyah Novita Anggraini dari Klikdokter, boleh-boleh saja minum kopi saat buka puasa tapi paling tidak dua jam sesudahnya. Hal tersebut disebabkan karena pada sekitar 1-2 jam setelah berbuka, lambung sudah kembali berada dalam kondisi terisi.
Selain itu, kafein juga memiliki sifat diuretik, yaitu meningkatkan produksi buang air kecil. Minum kopi selepas buka puasa juga jauh lebih baik daripada melakukannya saat sahur.
Selain faktor sering buang air kecil yang berisiko menyebabkan dehidrasi, seseorang yang mengonsumsi kopi saat sahur juga bisa mengalami kesulitan saat ingin kembali tidur karena kafein juga bisa meningkatkan kesadaran seseorang.
Tips Menikmati Kopi Selama Bulan Puasa
Untuk tetap bisa menikmati kopi setelah berbuka puasa, dianjurkan juga untuk memilih jenis kopi yang rendah kadar kafein. Jika sulit mendapatkannya, Anda dapat mengakalinya dengan menambahkan lebih banyak air, susu rendah lemak, atau susu almon pada kopi Anda.
Tapi perlu diketahui, kafein dalam jumlah rendah bukan berarti Anda benar-benar terbebas dari efek samping kopi. Ada beberapa orang yang lebih sensitif terhadap kafein, bahkan hanya dengan mengonsumsi 1-2 gelas saja sudah dapat langsung merasakan efek sampingnya.
Selain itu, masih ada faktor-faktor lainnya yang membuat seseorang jadi lebih sensitif terhadap kafein, seperti berat badan, usia, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan kondisi kesehatan tertentu.