Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat para perdagangan Jumat ini. Rupiah akan bergerak di kisaran 14.585 per dolar AS sampai dengan 14.565 per dolar AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (23/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.540 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.580 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.540 per dolar AS hingga 14.556 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 7,36 persen.
Sedangan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok 14.552 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.592 per dolar AS.
"Rupiah yang bergerak naik dengan memanfaatkan kondisi yang ada, dapat melawan perkiraan pelemahan sebelumnya," jelas Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada.
Ia menilai peluang kenaikan rupiah kembali terbuka apalagi dengan kembali pelemahan kurs dolar AS.
Selain itu, sentimen dari dalam negeri diharapkan bisa kembali positif untuk menahan pelemahan rupiah.
"Salah satunya ialah optimisme pemerintah terkait pengelolaan anggaran yang akan dijaga dan berakhir dengan kinerja yang cukup baik," ujar Reza dikutip dari Antara.
Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 14.585 per dolar AS sampai dengan 14.565 per dolar AS.
Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah, juga menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah kembali menguat akibat dolar AS yang melemah terhadap hampir semua mata uang.
BI: Rupiah Menguat karena Investor Percaya kepada RI
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menilai, nilai tukar rupiah masih terbilang baik dan positif. Menurutnya, hal itu bisa dilihat dari lancarnya indikator aliran modal asing masuk ke RI, yang menandakan adanya kepercayaan pasar global terhadap Indonesia.
"Dari tanggal 1 sampai 12 November, itu kurang lebih ekuivalen Rp 25 triliun dana asing masuk. Itu masuk melalui SBN (Surat Berharga Negara) maupun saham," ujar dia pada 21 November 2018.
"Jadi artinya ini berbalik dari Oktober dan bulan-bulan sebelumnya yang kita di posisi outflow. Jadi ada confidence yang mulai terbentuk," Dody menambahkan.
Ada banyak faktor yang membentuk penguatan rupiah ini. Salah satunya, apresiasi year to dateyang menjadi 8 persen dibanding sebelumnya 11 persen.
Selain itu, rupiah tidak sendirian sebagai mata uang yang mengalami penguatan. Sebab, lanjutnya, beberapa negara lain yang mata uangnya melemah lebih parah seperti Turki dan Argentina kini mulai mengalami perbaikan.
Meskipun begitu, Dody menekankan, Bank Indonesia tetap harus waspada terkait pelemahan kurs mata uang Garuda. Dan untuk ke depannya, pihaknya pun tetap membiarkan mekanisme pasar bekerja.
"Tidak ada perubahan sama sekali dengan sebelumnya. pada saat melemah dan menguat. Kita lihat fundamental level seperti apa, dan tetap mekanisme pasar yang dikedepankan. Kita tetap menjaga stabilitas," tutur dia.
0 komentar:
Posting Komentar